Senin, 14 Desember 2015

Candi Ceto, Candi di Atas Gunung


Tak henti-hentinya saya mencintai budaya asli berikut alam Indonesia. Setiap ada rencana terbang keliling Indonesia, pasti saya sempatkan melihat budaya asli daerah tersebut.
Waktu itu bulan Agustus 2015, saya terbang ke Solo, Jawa Tengah. Kemudian saya menyempatkan diri berkunjung ke salah satu peninggalan masa akhir Majapahit yang bernama Candi Ceto.

Dari bandara Adi Sumarmo saya langsung bergegas menuju ke atas Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Perjalanan diperkirakan memakan waktu 2 jam menggunakan mobil.
Pemandangan menuju Candi ini juga tak kalah menariknya. Sangat jarang ditemukan di pusat kota Solo. Serba hijau dan jalanannya pun menanjak ke atas. Udaranya dingin dan sejuk.
Candi yang dibuat oleh Van De Vlies pada tahun 1842 ini, merupakan peninggalan Majapahit, dimana komplek Candi digunakan oleh penduduk setempat sebagai tempat pemujaan. Ada rumor Candi ini dibangun sengaja menghadap ke Barat untuk memuja Gunung Merapi.
Struktur daripada candi ini adalah berundak-undak. Saat ini hanya tinggal 13 teras saja dengan total 9 tingkatan undakan.

Relief yang saya temui pun kebanyakan adalah relief manusia  yang menyerupai wayang kulit kalau menurut Wikipedia, dan menyerupai sejarah akhir Hindu-Buddha. Konon katanya, relief wayang kulit ini merupakan sinkretisme antara kebudayaan India dan Jawa.
Banyak turis lokal dan asing yang mengunjungi Candi ini. Mayoritas lokal kalau siang hari. Disarankan datang ke Candi ini memang pagi hari, lebih sepi.
Pulang dari Candi Ceto disarankan mampir ke kedai-kedai teh sambil menikmati pemandangan sawah di lereng gunung. Nikmaaattttt..!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar